sejarah dan kebiasaan desa gunturharjo

Senin, 23 Agustus 2010

puisi kritik

TOPENG NYENTRIK


Senyam-senyum, larak-lirik, manggut-manggut
Menebar pesona obral pesan unggulan
Mata menyanyu iba, bibir komat-kamit cari perhatian
Mengurut dada, meneteskan air mata prihatin
Nyatanya hanya berakting, biar disanjung orang
Topeng nyentrik!

Berjas hitam, berdasi hitam, berkacamata hitam
Keluar dari Mercedes Bens hitam, sepatu mengkilat hitam
Rambut dicat hitam, dompet tebal dalam celana hitam
Masuk hotel berbintang, duduk santai disofa hitam
Nunggu transaksi kertas hitam
Topeng nyentrik!

Ramah kesetiap orang, mulut disemprot parfum wangi
Masuk kedalam kerumunan orang
Menebar kata-kata kebenaran
Meracuni akal sehat yang memang lagi sekarat
Mendalangi gerakan anti gerakan
Topeng nyentrik!

Koruptor dan Pembalak
Pembantai dan Provokator
Penjual wanita & anak-anak
Jaksa mau disuntik uang
Berdandan elok tebal, merayu-rayu membual janji cantik
Topeng nyentrik!

Duar... duar... peluru muntah dari pistol hitam
Malah nyasar tembus salah kepala
Beralibi cari kebenaran dibalik kesalahan
Masuk jeruji besi, besok keluar lagi
Orang penting kebal hukum
Topeng nyentrik!







KETIKA SUARA BERHENTI


Ketika suara berhenti
Matikan lampu, nyalakan lilin
Lamunan menggapai-gapai
Terlentang dibelenggu rantai

Setiap generasi baru meronta-ronta
Namun tak mampu bereskpresi
Melompat dari jendela tanpa suara
Membuka pintu juga tanpa suara

Ketika suara berhenti
Matikan lampu, nyalakan lilin
Bungkam terkatup kekuasaan
Pendengaran disumbat politik

Bagaimana dengan revolusi
Darah muda meluap-luap
Berkaca pada masa depan tak ingin berhenti
Tangan meraih cahaya tapi dihantam tembok

Ketika suara berhenti
Matikan lampu, nyalakan lilin
Kita semakin lelah kebingungan
Sampai terhempas ketanah gersang

Apa yang mereka lakukan
Pada bangsa kita dan saudara kita
Ingin mendengar jawaban langsung
Semuanya bungkam tak ada suara

Ketika suara berhenti
Matikan lampu, nyalakan lilin
Tangisan bayi tak akan terdengar lagi
Nyanyian riang anak kecil tak terdengar lagi

Kota-kota besar terhening
Desa-desa terisolasi
Derap lunglai langkah kaki tak terdengar lagi
Keluhan terjerat dalam ruang besi

Ketika suara berhenti
Matikan lampu, nyalakan lilin
Meraung menahan luka sampai memerah
Tak ada yang peduli dan menenangkan

Wajah menua dimakan gelisah
Ingin bernyanyi bibir bergetar
Nafas kita tersenggal-senggal
Diinjak kaki-kaki perkasa

Ketika suara berhenti
Matikan lampu, nyalakan lilin
Dan tubuh dililit pagar diktaktor
Suara-suara jujur dipetikan

Apa yang mereka lakukan
Pada keadilan kita dan kedamaian kita
Pada kesejahteraan kita
Terdiam… sampai akhir…

Nenen Gunadi
Tuesday, may6,08
Edmonton, AB, Can






Hancur Dan Hancur

Presiden enggan menyapa rakyat miskin
Komunikasi hancur
Ada jaksa menerima suap
Keadilan hancur
Para pemimpin partai obral omongan
Kebenaran hancur
Perempuan pekerja pabrikan pulang malam demi hidup
Malah ditangkap dianggap pelacur
Martabat hancur
Aneh apa salah kaprah, linglung apa keblinger
Ada Pemkot yang menangkapi perempuan justru korupsi
Syariat hancur
Gedung-gedung dibakar-bakar
Kedamaian hancur
Saling mencaci-maki dan teriak-teriak ngamuk
Kehidupan sosial hancur
Seorang Ibu dan bayinya mati kelaparan
Ekonomi hancur
Biaya sekolah dari TK sampai Universitas mahal
Kecerdasan hancur
Saatnya mulai
Kritik!
Bangkit!



LUMPUR LAPINDO DAN RAKYAT


Nur bintang dimalam hari
Menembus lumpur… lumpur Lapindo
Angin malam menerpa hati
Terduduk lesu berlinang-linang
Mengeluh merasa perih mencari keadilan

Usai sudahlah harapan hidup
Ditelan lumpur… ditelan lumpur
Menggores luka, rakyat menjerit-jerit
Kembalikan rumahku!
Sejahterakan hidupku!

Merangkul kekuasaan, kekayaan, dan jabatan
Presiden dan wakilnya menjadi linglung
Anggota DPR dan MPR ikut juga linglung
Manakah uang, manakah rakyat
Siapakah rakyat, siapakah uang





KOMUNIKASI HANCUR


Halo, adakah seseorang didalam istana presiden ?
Kalau saja dapat mendengar dan melihat
Aku datang untuk melihat kekayaanmu
Bersama perasaan hatiku yang perih
Aku lapar! Aku miskin! dan tak ada yang peduli
Komunikasi hancur

Halo, adakah seseorang digedung wakil rakyat ?
Jangan hanya banyak bicara tanpa aksi yang nyata
Lihat adik kecilku kelaparan, perut kembung
Tulang terbungkus kulit kering, Tak mampu beli susu
Tak ada uang untuk beli obat, dan tak ada yang peduli
Komunikasi hancur

Bunda, ayo kita pulang saja!
Sebelum penjaga berseragam itu, menendang kita
Lelah kaki kurusku berdiri seharian didepan gedung megah ini
Percuma saja kita berteriak dan memohon-mohon
Mereka hanya mendengarkan bintang gemerlap dilangit
Kita hanya limbah-limbah yang meratap

Aku sudah tak kuat lagi kehausan dan sakit perutku
Mari aku gendong adik tercintaku!
Kita duduk dibawah pohon besar itu, aku sudah merasa lemah
Bunda, belailah kepalaku dengan cintamu dalam pangkuanmu
Kini aku damai menutup mata dalam kasihmu dan lindunganmu
Kata terakhirku “Komunikasi hancur bagi kita yang miskin”






Dompetmu Kosong

Aku heran kenapa tak seorangpun menyukaiku
Kulihat wajahku sangat tampan
Setiap hari aku berkaca, sampai kacaku berdebu
Kulihat wajahku tetap tampan

Lalu aku bertanya pada bundaku
“Bunda, kenapa tak ada yang menyukaiku?”
Bunda menjawab dengan nada datar,
“Nak, karena dompetmu kosong.”
“Bunda, kenapa tetangga kita wajahnya jelek,
tetapi gonta-ganti pasangan?”
Bunda menjawab dengan nada kesal,
“Nak, karena dia berdompet tebal, dan Bapaknya
pejabat koruptor.”
“Bunda, kenapa dia tidak ditangkap?”
Bundaku menjawab dengan gemetaran,
“Nak, karena dia anaknya dari jendralnya jendral.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar